Laman

Kamis, 14 Agustus 2014

Kata yang Dituliskan

Ikatlah ilmu dengan menuliskannya, menulis adalah pekerjaan untuk keabadian. Baru itu saja pepatah yang saya ketahui tentang betapa pentingnya sebuah tulisan, bahkan sangat penting. Buktinya firman-firman Allah pun dituliskan oleh manusia sekalipun Allah telah menjanjikan akan memelihara firman-firman tersebut (Al-quran) hingga akhir zaman, mungkin saja itu salah satu cara Allah, wallahualam.

Tentang tulisan, tiba-tiba saja pikiran acak saya memecah lamunan. Seberapa banyak halaman jika saya menuliskan setiap detil hidup saya hingga saya mati? Seberapa banyak tinta yang dihabiskan jika saya menuliskan setiap detil hidup saya hingga saya mati? Mungkin saja jika saya pandai menulis dan mengingat setiap kejadian dengan baik akan ada lebih dari seribu halaman, tapi jika saya kurang pandai menulis dan mengingat mungkin lima ratus halaman pun tidak sampai. Pernah membaca novel atau buku-buku setebal lima ratus hingga seribu halaman? Berapa lama kira-kira untuk habis membacanya. sehari? seminggu? sebulan? setahun? yang pasti jauh lebih singkat dari usia si penulis yang menuliskannya.
Pikiran acak saya semakin menjauhkan saya dari lamunan, singkat sekali ternyata hidup kita ini, jika dituliskan maka untuk habis membacanya hanya butuh waktu tidak akan lebih dari satu bulan jika dibaca secara rutin. Saya bukan mengajak untuk membuat tulisan seumur hidup atau membaca setiap tulisan manusia di muka bumi. Kesimpulannya jika harus menulis maka tuliskan apa saja yang akan bermanfaat bagi si pembaca di kemudian hari. Kata-kata yang dituliskan akan mampu mengubah dunia. Kalau bukan seluruh dunia, mungkin "dunia"nya suatu golongan, kalau bukan "dunia"nya suatu golongan, mungkin "dunia"nya seseorang.
Read More..

Kamis, 07 Agustus 2014

Pakaian Baru untuk Lebaran

Tahun ini saya merayakan lebaran dengan istri, sebagai kepala keluarga, keluarga yang sangat kecil dengan istri saya sebagai anggotanya dan saya sebagai kepala sekaligus merangkap sebagai anggota. Sudah 26 kali saya merayakan lebaran, tapi sedikit sekali yang berkenang. Lebaran, begitu saya menyebutnya untuk Hari Raya Idul Fitri. Hal yang selalu terbayang bila kata lebaran disebut adalah budaya konsumtif masyarakat Indonesia, setidaknya dari pengalaman saya. Salah satu contoh yang dapat diambil untuk menunjukkan budaya konsumtif saat menjelang lebaran adalah belanja hal-hal yang serba baru khususnya pakaian, entah siapa yang memulai budaya tersebut. Tahun ini untuk pertama kalinya saya benar-benar kurang antusias untuk mengikuti budaya tersebut namun tetap terasa ada hal yang kurang lengkap bila belum memiliki pakaian baru. Sulit memang menghilangkan kebiasaan.

Akhirnya, demi memenuhi hal yang terasa kurang lengkap tadi saya memutuskan untuk membeli dua buah baju dan sepasang sandal. Legalah saya karena terasa lengkap untuk menyambut lebaran. Ada hal yang menarik saat saya membeli pakaian baru untuk lebaran tersebut, banyak pertokoan yang menawarkan potongan harga malah potongan harga besar-besaran atau bahkan bonus barang tertentu untuk membeli sejumlah barang tertentu. Pikir saya, apa istimewanya lebaran bagi pengusaha pertokoan tersebut? ah, mungkin saja mereka mau berbagi di penghujung bulan Ramadhan ini. Bisa juga karena pertokoan tersebut ingin menghabiskan stok barang dagangannya sehingga tidak mengapa untuk memberikan potongan harga besar, untung hanya sedikit yang penting laris. Atau saya bisa lebih skeptis lagi dengan menganggap saya telah dibujuk oleh pemilik pertokoan tersebut dengan iming-iming potongan harga yang besar padahal harga di hari-hari biasa pun harganya memang segitu, aji mumpung. Semoga saja kemungkinan pertama yang benar.
Read More..