Laman

Selasa, 08 Maret 2022

Rindu Seorang Pria

 
Rindu Seorang Pria
 
 Rasa cinta pria yang sedang duduk di kursi sebuah warung kopi untuk anaknya terlihat sangat besar, kopinya masih penuh di dalam sebuah cangkir yang terbuat dari kertas, kopinya tidak meresap ke cangkir kertas karena kreativitas si empunya menghalangi daya kapilaritas.
Tapi bukan itu yang dipikirkan oleh pria yang dari tadi duduk di kursi warung kopi sembari memandangi kopinya sendiri. Sudah berkali-kali si buah hati tak menjawab panggilan teleponnya, gelisah hatinya. Gelisah karena rindu, seperti biasa pria itu hanya ingin mendengar suara anaknya.
Dipanggil lagi buah hatinya melalui telepon. Kembali tidak ada jawaban. Diteguknya lagi minuman yang sedari tadi menemani, membuatnya bahagia walau sendiri, membuatnya lupa akan rindu pada buah hati.
Bukan kopi, kopinya masih penuh di dalam cangkir yang terbuat dari kertas.
Kopinya tidak lagi panas.
Read More..

Sabtu, 05 Maret 2022

Pukulan yang Membekas

Beberapa waktu yang lalu saya memukul Ali (lagi), tepat di wajahnya. Alasannya, dia terus menyakiti Fatima, adiknya. Tujuan saya memukulnya agar ia berhenti menyakiti adiknya lagi, tapi mungkin, saya tidak yakin, saat saya memukul Ali, alasan dan tujuannya tidak sepenuhnya untuk hal-hal yang saya tuliskan sebelumnya. Dan saya merasa bersalah akan hal itu. tadinya saya ragu meminta maaf atau tidak kepada Ali. Setelah menulis dan berpikir. Saya pastikan harus tetap meminta maaf kepada Ali untuk sebagian alasan dan tujuan yang bukan untuk Fatima. Yang saya masih ragukan, apakah cara yang saya pakai (memukul) untuk menghentikan perbuatan Ali kepada adiknya dapat dibenarkan. Ternyata sulit menjadi seorang Ayah.

Terima kasih Papah, untuk tidak pernah memukul saya atau setidaknya saya lupa kalau Papah pernah memukul saya karena masih amat sangat jauh  lebih banyak  hal baik yang dapat diingat ketimbang satu atau beberapa pukulan kecil seumur hidup saya.

Read More..