Laman

Tampilkan postingan dengan label ratu lebah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ratu lebah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 22 Agustus 2020

Kau dan Kopi



Kau dan Kopi

Ini dunia
tanpa ibarat
mudarat atau manfaat
biar mereka yang bersaksi di akhirat
kopi? Bersaksi?
Mungkin, tapi nanti
iya, memangnya apa yang tidak mungkin?
Ada, kau semuda dan secantik dulu lagi
saat ini
mungkin tidak saat ini, tapi nanti
iya, memangnya apa yang tidak mungkin
suatu saat nanti?
Ingin kopi lagi?
Belum ingin, duduk saja dulu di sini
memangnya kau yang ingin mencuci?
Sebanyak ini? Mungkin nanti, lain kali
terima kasih
memangnya apa yang tidak mungkin
suatu saat nanti?
Read More..

Sabtu, 22 Agustus 2015

Catatan Perjalanan : Dataran Tinggi Dieng

Perjalanan kali ini merupakan perjalanan pertama saya dengan Si Ratu Lebah yang statusnya sekarang sudah menjadi istri saya :-) Perjalanan ini semacam bulan madu yang tertunda karena rencananya perjalanan ini dilakukan di tahun sebelumnya namun Allah berencana lain dengan memberikan kita titipan berupa janin di rahim Si Ratu Lebah. Jadi, akhirnya kita sepakati bersama untuk menunda perjalanan demi menjaga kesehatan janin dalam kandungan Si Ratu Lebah.

Jalan-jalannya kita putuskan untuk ke Dataran Tinggi Dieng. Padahal sebelumnya kita berencana untuk ke Bromo namun karena pertimbangan biaya dan kebetulan di Dieng sedang ada festival akhirnya kita memilih ke sana. Setelah melalui diskusi panjang lebar, kami memutuskan untuk menitipkan Sang Buah Hati yang masih tujuh bulan ke Neneknya di Bogor. Awalnya sih sangat menyenangkan bisa jalan-jalan cuma berdua, nostalgia masa pacaran. Tapi karena Si Buah Hati masih menyusu ternyata jalan-jalan kita selalu dibayangi perasaan khawatir.

Perjalanan dimulai dari Bogor, setelah kita menitipkan Si Buah Hati di rumah Neneknya. Kita menuju terminal Baranangsiang untuk naik Bus Sinar Jaya jurusan Wonosobo, kita bernasib kurang baik saat itu. Tidak ada bus eksekutif yang berangkat jadi mau tidak mau harus menumpang bus ekonomi non ac. Si Ratu Lebah benar-benar komplain dan kecewa karena perjalanan berangkat yang sangat lama dijalani dengan ketidaknyamanan karena terpaan dinginnya angin malam dan penuh asap rokok. Perjalanan memakan waktu lebih kurang dua belas Jam. Jam tujuh malam dari Bogor, tiba di Wonosobo Jam tujuh pagi. Dan ternyata, dari terminal Wonosobo menuju Dataran Tinggi Dieng pun memakan waktu cukup lama kurang lebih dua jam perjalanan naik mobil. Sangat melelahkan.

Tapi perjalanan yang melelahkan itu terasa hampir lunas terganti sebelum kita tiba di homestay karena kita mengunjungi Telaga Menjer terlebih dahulu. Pemandangan telaga yang dikelilingi bukit tersebut amat sangat menyejukkan mata yang tadinya sudah sangat lelah. Semakin menyejukkan saat kita menyusuri telaga dengan menaiki perahu motor. Subhanallah... indah sekali. Setelah cukup puas berada di Telaga Menjer kita langsung diantar ke homestay dan disarankan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat wisata yang lain.

Sore harinya kita diajak berkeliling ke Telaga Warna yang katanya warnanya bisa berubah tergantung jumlah alga jenis tertentu yang lebih banyak tumbuh berkembang, pada musim hujan warnanya akan berbeda dengan musim kemarau. Mulai dari Telaga Warna ini barulah terasa ramai sekali pengunjungnya. Tentu saja ramai karena saat itu di Dataran Tinggi Dieng ada festival budaya. Dari Telaga Warna kita diantar menuju Dieng Plateau Theatre, di tempat ini kita bisa menyaksikan film dokumenter mengenai Dieng setelah itu kita juga dipandu mendaki bukit ratapan angin (agak lupa namanya), di bukit ini kita dapat melihat panorama Dieng yang indah dan tiga telaga yang mempesona. Ratu Lebah terlihat cukup senang tapi sedikit sekali kita mendokumentasikannya lewat foto karena malas mengantri foto di spot yang bagus. Pengunjungnya ramai sekali. Hampir maghrib kita diantar pulang ke homestay dan dianjurkan segera beristirahat untuk persiapan besok pagi-pagi sekali mendaki bukit sikunir yang terkenal dengan golden sunrisenya.

Esok harinya jam dua pagi kita berangkat menuju Bukit Sikunir. Diantar dengan minibus kira-kira satu jam perjalanan dari homestay dilanjutkan dengan dipandu berjalan kaki selama kira-kira dua jam untuk menuju spot terbaik menyaksikan golden sunrise di Bukit Sikunir. Ramai sekali. Ratu Lebah terlihat lelah dan lapar pastinya. Bosan dia menunggu terlalu lama hanya untuk berfoto di spot yang indah. Alhasil dia menyeduh mie instant untuk mengganjal perut dan menunda lapar. Setelah puas menyaksikan pemandangan matahari terbit yang layaknya emas, kita dipandu menuruni bukit untuk kembali ke homestay dan makan siang. setelah makan siang kita dianjurkan oleh guide untuk...

*tulisan ini terpaksa dihentikan karena saya sudah lupa urutan waktunya... mohon maaf. tapi tetap saya putuskan untuk dipublikasikan. semoga menginspirasi.

*diedit pada 20 Agustus 2020

Read More..

Minggu, 29 September 2013

Catatan Perjalanan: Monumen Nasional

Pagi-pagi sekali (29/09), saya sudah bersiap-siap untuk menemui Si Ratu Lebah. Bedanya kali ini saya juga mempersiapkan makanan untuk saya dan Ratu Lebah makan nanti siang, ya untuk makan siang, saya coba berhemat selain untuk berhemat saya pun ingin merasakan sensasi piknik bersamanya. Tidak lupa juga saya membawa alas untuk tempat kita duduk-duduk nanti. Tujuannya pun adalah tujuan wisata hemat, Monumen Nasional atau yang biasa disingkat Monas. Tepat pukul enam pagi saya sudah berangkat dari Cilegon menuju Bogor. Kira-kira pukul sepuluh saya sudah tiba di Bogor Trade Mall, tempat saya janji bertemu dengan si Ratu Lebah. Agak lama berbincang-bincang di depan pintu masuk Bogor Trade Mall untuk sekedar melepas lelah dan melepas rasa rindu setelah itu kita langsung melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan yang telah direncanakan, Monumen Nasional.

Dengan menaiki angkutan kota kita tiba di stasiun Bogor untuk melanjutkan perjalanan ke Monas, laju commuter line lancar tak ada aral melintang, tiba di stasiun tujuan aku dan Ratu Lebah berjalan kaki sebentar untuk sampai ke Monumen Nasional. Hari itu ramai sekali, hari libur. Tapi meskipun ramai, suasana taman di Monas masih cukup mendukung untuk berpiknik, tanpa buang waktu saya langsung menggelar alas duduk dan membuka bekal yang saya bawa dari rumah. Ayam goreng, sosis goreng, nasi, dan ikan balado sudah tersedia. Tidak banyak waktu dihabiskan untuk menghabiskan makanan yang cukup banyak tersebut, kita lapar. Setelah perut terisi penuh, kita mengaso sebentar menikmati suasana sejuknya taman di tengah terik matahari Jakarta.

Tidak berapa lama mengaso, kita melanjutkan perjalanan menuju pelataran bawah Monas yang berisi diorama-diorama sejarah Indonesia, Ratu Lebah biasa saja, tidak begitu tertarik. Saat saya ajak untuk menaiki pelataran puncak Monas, Ratu Lebah menolak karena antrean yang panjang mengular di bawah sengatan terik matahari, akhirnya wisata Monumen Nasional kita hanya sampai taman dan pelataran bawah Monas saja, tapi cukup berkesan karena Ratu Lebah cukup tertarik dengan patung-patung, relief-relief dan tata letak taman yang cukup bagus untuk dijadikan tempat berfoto-foto.

Singkat cerita, saya dan Ratu Lebah pulang kembali ke Bogor menggunakan moda transportasi yang sama dengan saat kita berangkat. :-)


Read More..